EventEntertainment

Sinema Hak Digital Tampilkan 8 Film Pendek Karya 3 Negara ASEAN

121
×

Sinema Hak Digital Tampilkan 8 Film Pendek Karya 3 Negara ASEAN

Share this article

Sinema Hak Digital menampilkan 8 film pendek yang berasal dari tiga negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Filipina dan Thailand yang membahas isu-isu hak digital.

LASAK.iD – Goethe-Institut Indonesien bekerja sama dengan EngageMedia dan ICT Watch mempersembahkan Sinema Hak Digital pada 24 Februari 2024 di GoetheHaus Jakarta. Sinema Hak Digital akan memutar delapan film pendek yang membahas isu-isu hak digital, mulai dari pinjaman online (pinjol) ilegal, kebocoran data di e-dagang, hingga tantangan yang dihadapi para pengemudi ojek daring.

Melalui film-film pendek dari Indonesia, Thailand, dan Filipina, sebuah benang merah muncul—sebuah narasi paralel yang membahas isu-isu hak digital. Tantangan bersama seperti kebocoran data pribadi, penipuan, akses yang tidak setara, dan ketidakadilan dalam ketenagakerjaan digital, menggarisbawahi perjuangan kolektif yang melampaui batas. Harapan kami adalah dengan mengangkat isu-isu krusial ini kepada masyarakat melalui penyampaian cerita secara visual akan mendorong diskusi dan membuka jalan bagi peningkatan tata kelola internet di wilayah ini,“ ucap Stephanie Müller, Kepala Bagian Informasi Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru.

Tujuh dari delapan film yang ditayangkan merupakan koleksi dari proyek Tech Tales Youth oleh EngageMedia. King Catoy, Manajer Proyek dan Produser Kreatif Tech Tales, menambahkan, “EngageMedia memproduksi film-film ini untuk melengkapi upaya-upaya advokasi hak asasi di Asia Pasifik. Para sineas muda yang terlibat telah menuangkan kreativitas mereka melalui film pendek untuk mendukung gerakan hak-hak digital, dan memperluas pengetahuan tentang bagaimana hak asasi manusia dan hak-hak digital saling berkaitan.“

Satu film lainnya adalah dokumenter berjudul Kelipat Duit Cepat di Internet, produksi ISOC Foundation dan Migrant Care. Direktur Eksekutif ICT Watch Indriyatno Banyumurti menyampaikan, untuk memahami dinamika peradaban suatu masyarakat diperlukan upaya berkelanjutan dalam mencatat dan menyebarkannya kepada khalayak luas.

Ke-8 film dalam Sinema Hak Digital adalah nukilan catatan sejarah tentang silang-sengkarut pemanfaatan teknologi digital dewasa ini. Pemutaran film ini dapat memicu dan memacu adrenalin kreativitas untuk terus berkolaborasi memanfaatkan teknologi digital secara produktif, positif, aman dan nyaman,” ungkap Indriyatno Banyumurti, Direktur Eksekutif ICT Watch.

Setelah pemutaran film, kegiatan akan dilanjutkan dengan diskusi bersama Donny B.U. (praktisi literasi digital) dan Onno W. Purbo (pakar teknologi informasi) mengenai isu-isu digital di Indonesia.

Berikut film-film yang diputar di GoetheHaus Jakarta mulai pukul 14.00 WIB:

Digital Rights Lab (Thailand)

Curiga para penjahat siber telah mengakses data pribadi jutaan warga Thailand secara ilegal, pembuat film Min melakukan investigasi untuk mengungkapkan bagaimana para pelaku kriminal tersebut melakukan kejahatan di dunia digital.

Lugal Abu (Filipina)

Dua siswa dari masyarakat adat Aeta menavigasi pendidikan modern melalui teknologi digital dan internet di tengah perjuangan menjaga cara hidup tradisional mereka untuk bertahan hidup.

Doxxed (Thailand)

Setelah informasi pribadinya dipublikasikan secara daring dan ia mendapatkan rentetan pesan berbahaya, seorang jurnalis harus bertahan menghadapi ancaman seseorang yang ingin menghancurkan hidupnya.

This is How Her Home was Built (Filipina)

Julia, seorang wanita muda yang tersesat di kotanya, menyaksikan kebangkitan dan kejatuhan berbagai versi rumahnya. Ketika garis garis antara kebenaran dan kepalsuan semakin kabur, ia harus menavigasi potongan-potongan eksistensinya yang terpecah-pecah untuk menemukan rasa memiliki dan memahami kebenaran tentang rumahnya.

Black Hole (Thailand)

Sebuah lengan yang dimutilasi secara misterius muncul dari sebuah lubang hitam, memaksa seorang pemuda untuk menghadapi dosa-dosa ayahnya, seorang perwira militer, yang telah menjual data pribadi orang lain untuk keuntungannya sendiri.

Nanay (Filipina)

Terpisah oleh kemiskinan, saudari Nanay Linda yang telah lama hilang kembali dengan sebuah panggilan telepon yang tak terduga. Pagi itu, Nanay Linda harus menghadapi perjuangannya bertahan hidup, naluri keibuannya, emosi yang saling bertentangan, serta jebakan era digital.

On Our Own Time (Filipina)

Tiga pengendara pengantar barang di Metro Manila merekam satu hari dalam kehidupan mereka, mengungkapkan tantangan mereka sebagai pekerja berbasis aplikasi digital yang “dipermainkan” oleh perusahaan pengantar barang. Saat hari berakhir, para pengendara beristirahat sejenak dan berbincang tentang berbagai topik, termasuk cara melawan eksploitasi yang didorong teknologi.

Kelipat Duit Cepat di Internet (Indonesia)

Hadirnya teknologi digital melibas jarak dan waktu bagi penggunanya. Siapapun dapat mengandalkan Internet untuk mendulang duit, apapun motivasi dan caranya. Celakanya, judi online dan pinjaman online (pinjol) ilegal, menebar jebak dan memasang jerat pada leher mereka yang bernafsu mendapatkan duit cepat. Namun di sisi lain, ada pula yang jeli dan gesit memanfaatkan peluang di Internet, secara positif dan kreatif.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x