Event

Goethe-Institut Indonesien Sukses Gelar Alur Bunyi Format Festival

114
×

Goethe-Institut Indonesien Sukses Gelar Alur Bunyi Format Festival

Share this article

LASAK.iD – Goethe-Institut Indonesien kembali menyelenggarakan serial event tahunannya bertajuk Alur Bunyi. Ini adalah event yang tidak biasa yang diadakan Goethe-Institut Indonesien sejak pertama kali di tahun 2017. Menghadirkan kontemporer musik eksperimental dari musisi tidak hanya datang dari Indonesia tetapi juga negara Jerman.

Menarik, ketika Goethe-Institut Indonesien bereksperimental dengan melakukannya dalam skala yang lebih besar yaitu festival. Ini dilakukan dalam satu hari penuh pada Sabtu (10/9) lalu, berlokasi di GoetheHaus dan Perpustakaan Goethe-Institut Indonesien.

Tahun ini, sok tahulah kita untuk bikin festival 1 hari. Kita gabungin semua artis, jadilah festival ini.“, ungkap Elizabeth Soegiharto, Koordinator Program Goethe-Institut Indonesien.

Baca juga: Festival Alur Bunyi Tandai 60 Tahun Goethe-Institut Indonesien

Festival Alur Bunyi hadirkan beragam genre musik dari elektronik, eksperimental, tradisional, klasik, jazz, folk hingga punk rock dari 17 penampil. Ini sebagai cerminan Goethe-Institut Indonesien yang selama 60 tahun menjadi wadah dari diversity atau keragaman.

Dari satu hari ini semua genrenya beda-beda, ada klasik, tradisi hingga punk rock. Kita mau bikin untuk mencerminkan pekerjaan Goethe yang diversity”, tambah Elizabeth Soegiharto.

Format baru Alur Bunyi dari serial menjadi festival masih menghadirkan pada musisi tanah air. Goethe-Institut Indonesien mencoba untuk “cek ombak” penikmat musik untuk format terbaru dari Alur Bunyi.

Antusias tinggi ditunjukkan penikmat musik instrumental tanah air. Bahkan saat Goethe-Institut Indonesien merilis line-up musisi yang akan tampil melalui media sosial. Komentar dari “tidak percaya” sampai mengatakan “Goethe gila kasih line-up” bukti keberhasilan dari format baru tersebut.

Saat festival berlangsung pengunjung memadati Goethe-Institut Indonesien sebagai venue. Menarik ketika pengunjung didominasi kaum muda yang mulai menunjukan ketertarikan akan musik instrumental seperti klasik dan tradisi. Bahkan terlihat beberapa wajah dari luar Indonesia turut hadir dan berbaur dengan pengunjung lokal.

Kalau saya baca di media sosial, semua orang bilang ‘ini Goethe gila ya kasih line-up, sadis banget gitu loh’. Padahal kami merasa itu biasa saja“, tegas Elizabeth.