LASAK.iD – Sebuah komik yang terkenal di banyak negara di dunia dari tahun 1959 asal Perancis kembali dibuatkan dalam versi layar lebar sejak terakhir kali di tahun 2014 silam. Komik yang berkisah tentang karakter bernama Asterix, Obelix dan seorang dukun bernama Panoramix/ Getafix tersebut memiliki 2 versi film yang dibuat, untuk live-action dan animasi.
Tahun 2018 lalu film terbaru dalam versi animasi kembali dirilis di negara asalnya Perancis dan banyak negara lainnya termasuk Asia. Hanya saja untuk Indonesia baru mendapatkan kesempatan untuk menyaksikannya pada pertengahan tahun 2019, tepatnya 2 Agustus lalu.
Keseluruhan kisah dari komik dan filmnya memiliki benang merah yang sama. Cerita tentang perseteruan sebuah daerah atau desa di pesisir pantai Armorik bernama Galia dengan pemerintahan Romawi di bawah kekuasaan Kaisar bernama Julius Cesar. Perseteruan yang berlangsung sejak lama karena Galia merupakan satu-satunya daerah yang tidak bisa ditaklukan oleh Julius Cesar.
Selain itu, Julius Cesar tertarik dengan ramuan kuat yang merupakan secret magic dari dukun utama yang ada di Galia bernama Panoramix/ Getafix. Hal itu juga yang menjadi judul utama dari filmnya kali ini, yaitu Asterix: The Secret of the Magic Potion.
Tampilkan Animasi Dengan Rasa Dan Gaya Perancis
Jika berbicara sebuah produksi animasi baik series maupun film, kebanyakan akan menyebutkan nama Jepang dan Amerika. Kedua negara tersebut memang sudah memiliki keidentikan dan penggemarnya sendiri yang bisa di bilang sebagai garis keras. Bahkan Jepang sampai memiliki istilahnya sendiri untuk mereka pecinta anime/manga sesuai dengan tingkat kesukaan, mulai dari newbie hingga wapanesee.
Meski begitu, sebenarnya negara lainnya di dunia dan salah satunya Perancis sudah memiliki kemampuan yang sama untuk menciptakan animasi mereka sendiri yang memiliki ciri khasnya. Hal itu sebenarnya sudah dilakukan sejak lama dan beberapa karya dari rumah produksi asli Perancis pun berhasil. Hanya saja pendistribusian untuk filmnya tidak seluas film-film dari Amerika maupun Jepang.
Salah satunya lahir dari M6 Group dan Mikros Image yang kali ini menghadirkan film animasi dari komik karya René Goscinny (naskah) dan Albert Uderzo (gambar) berjudul Asterix: The Secret of the Magic Potion.
Sama halnya dengan animasi asal Amerika dan Jepang, Asterix: The Secret of the Magic Potion bisa menjadi satu dari sekian banyak animasi yang dihasilkan untuk mewakili ciri khas dari Perancis. Untuk Amerika banyak kita tahu dari sebagian filmnya menggunakan konsep musikal. Sedangkan di Jepang karakter dalam cerita banyak bermain dengan ekspresi yang tidak jarang mengundang gemas dan tawa.
Dan untuk Perancis sendiri melihat cerita series dari Asterix lebih banyak menggunakan permainan kata, karikatur, stereotip ringan dari berbagai negara Eropa kuno dan sejumlah daerah Prancis yang amat spesifik. Meski kini cerita-cerita terbarunya kini mengandung humor verbal dan visual yang lebih universal.
Dukun Jadi Fokus Cerita
Karya cerita René Goscinny (naskah) dan Albert Uderzo (gambar) memiliki beberapa karakter sebagai bahan utama cerita, seperti Asterix seorang prajurit yang cerdik, Obelix sahabat baik Asterix bertubuh gemuk, polos, kuat, pemberani namun sedikit malas, ada juga dukun hebat desa Galia bernama Panoramix dan tidak ketinggalan desa Galia yang dipimpin oleh Vitalistatistix .
Setiap karakter memiliki porsinya masing-masing. Bahkan yang mendapatkan porsi lebih sedikit pun bisa menambah warna dengan pengkarakteran yang menarik. Bukan sekedar cameo atau numpang lewat saja, namun memiliki peranan dalam cerita.
Walau secara berulang cerita yang ditampilkan jika di tarik benang merahnya selalu sama. Selalu tentang perseteruan Desa Galia dengan Asterix, Obelix dan ramuan sakti dukun Panoramix-nya dengan Julius Cesar bersama kerajaan Romawi-nya. Namun dengan pengembangan cerita sebagai tampilan berbeda pastinya.
Sama seperti yang terlihat dalam Asterix: The Secret of the Magic Potion, namun kali ini coba mengambil cerita dari sisi sang dukun sakti Galia, Panoramix/ Getafix. Dimana dalam filmnya, Panoramix/ Getafix mengalami insiden terjatuh saat mencoba menyelamatkan seekor burung dari sarangnya. Ketika dirinya sedang mencari bahan untuk ramuan ajaib, Mistletoe di dalam hutan.
Seorang dukun pantang jatuh karena dianggap gagal, yang akhirnya membuat Panoramix/ Getafix mencari dukun muda untuk menggantikan sebagai dukun dari Desa Galia sekaligus mewarisi ramuan ajaib melalui sidang dewan agung para dukun.
Selama pencarian, ternyata berita tersebut juga sampai ke telinga dukun lainnya yang terkenal jahat dan sahabat lama dari Panoramix/ Getafix, yang bernama Demonix. Demi mendapatkan ramuan tersebut, Demonix memanfaatkan kebencian Romawi melalui Julius Cesar untuk membantunya. Termasuk menghasut dukun muda berbakat bernama Teleferix untuk mengkhianati Panoramix/ Getafix. Untuk tahu lengkapnya, nonton filmnya yang masih tayang di bioskop.
Melihat dari sisi judulnya sendiri, Asterix: The Secret of the Magic Potion mungkin menjadi alasan karakter dukun Panoramix/ Getafix sebagai cerita utamanya kali ini.
Cerita Nostalgia Yang Dibuat Kekinian
Beberapa tahun belakangan rumah produksi asal Amerika, Walt Disney mencoba membangkitkan memori dengan memproduksi kembali beberapa film suksesnya di masa lalu dengan kemasan kekinian.
Mencoba melakukan hal yang sama, komik Asterix dengan judul Asterix: The Secret of the Magic Potion akhirnya resmi rilis di Perancis di akhir tahun lalu dan di luar Perancis pada 2019 ini. Bukan dalam bentuk live-action melainkan animasi yang memang menyasar kepada milenial saat ini mulai dari anak-anak sampai orang tua.
Menargetkan ke semua umur, memproduksinya dalam bentuk animasi sepertinya menjadi jalan terbaik untuk cepat diterima bagi anak-anak dibandingkan dalam bentuk live-action, yang mungkin langsung memberi kesan untuk tontonan orang dewasa.
Bahkan untuk menyasar ke banyak negara di luar Perancis, dubingnya pun dilakukan kembali dalam bahasa inggris. Walau di beberapa adegannya ditemukan gerak bibir karakter saat berdialog adanya ketidaksinkronan.
Terlepas dari hal tersebut, film yang bisa menjadi tontonan bagi keluarga ini di kemas menyesuaikan dengan minat penonton saat ini. Terlihat dari tampilan visual tone yang sangat nyaman untuk ditonton baik untuk anak-anak maupun dewasa. Kenyamanan lainnya yang didapatkan penonton berupa tampilan yang seolah melihat sebuah komik bergerak dan membawa ke suasana nostalgia dengan deretan kisah lainnya dari Asterix dan Obelix.
Klimaks Yang Turun Naik
Sebuah cerita dalam bentuk cetak (komik, novel, cerpen, dll) maupun audio visual kita tahu memiliki urutan dalam penyajian jalan ceritanya untuk bisa dipahami oleh pembaca atau penonton. Urutan yang dimulai dengan introducing (perkenalan), konflik dan klimaks atau finishing. Proses ini memberikan dinamika perasaan bagi pembaca atau penonton. Yang akhirnya memberikan kesan tersendiri bagi pembaca atau penonton, baik mereka menyukai atau sebaliknya.
Hal yang sama juga dilakukan dalam film animasi Asterix: The Secret of the Magic Potion. Sayangnya diawal sudah memberikan kesan menarik sekaligus penasaran akan seperti jalan ceritanya. Hingga pertengahan feel tersebut sebenarnya masih ada. Namun kesan klimaks yang seharusnya didapatkan di akhir film justru bisa dirasakan di pertengahan film.
Pada akhirnya setelahnya menjelang akhir seolah menjadi anti klimaks filmnya, yang justru memberi kesan monoton dan hambar. Beruntungnya menjelang seperempat dari ending film, kesan menarik dan penasaran dihadirkan kembali dan bisa menutupi anti klimaks yang sempat dirasakan sebelumnya.
Production company: M6 Group, Mikros Image
Distributor: Société nouvelle de distribution
Voice Cast: Christian Clavier as Asterix, Guillaume Briat as Obelix, Bernard Alane as Panoramix (Getafix), Daniel Mesguich as Sulfurix, Lévanah Solomon as Pectine, Alex Lutz as Teleferix, Alexandre Astier as Oursenplus (Somniferus), Elie Semoun as Cubitus (Marcus Ubiquitus), Gerard Hernandez as Atmospherix, Lionnel Astier as Cétautomatix (Fulliautomatix), François Morel as Ordralfabétix (Unhygienix), Florence Foresti as Bonemine (Impedimenta), Arnaud Léonard as Assurancetourix (Cacofonix)
Director: Louis Clichy, Alexandre Astier
Screenwriter: Alexandre Astier
Producers: Philippe Bony
Duration: 1 hours 27 minutes
(Sarah)
Related posts
Gunung Bromo, Kenali Lebih Dalam Daya Tarik Wisata Ini
Gunung Bromo – Rutinitas tak jarang membuat kita lupa bahwa Indonesia itu indah, termasuk Bromo dengan kemegahan panoramanya. Keindahan Bromo mempunyai…
Taman Sungai Mudal, Ekowisata di Barat Kota Yogyakarta
LASAK.ID – Di tengah pandemi yang kita semua alami saat ini, sedikit ulasan menarik yang memberi kesegaran menemani waktu taat…
Pesona Kendari, dari Kuliner Hingga Situs Sejarah
SEWAKTU PIKNIK – Berkunjung ke Kendari beberapa waktu lalu, Wayan Sukanta, seorang sahabat berbaik hati menjadi tour guide. Meski berdarah Bali,…
Menjelajah Sejarah Di Pecinan Jakarta
SEWAKTU PIKNIK – Jakarta selalu menjadi tempat yang manarik untuk di jelajahi. Meski telah menjelma kota metropolitan, Jakarta tetap menyisakan sejarah…