LASAK.iD – Perayaan Hari Puisi memang belum tercatat sebagai hari besar secara nasional. Hal tersebut masih di upayakan oleh para ahli sastra dan penyair yang diperkasai oleh Yayasan Hari Puisi (YHP) agar memiliki legalitas secara hukum. Demi terwujud di kemudian hari, para sastrawan serta penyair secara rutin selama 6 tahun mengadakan acara untuk merayakan Hari Puisi Indonesia.
Tahun 2018 ini kembali puncak perayaan dilakukan dengan acara Malam Anugerah HPI 2018 yang akan dilaksanakan pada 29 Desember mendatang di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta. Sebenarnya perayaan hari puisi tidak hanya dilakukan di Jakarta saja pada 17-18 November mendatang.
Setiap tahun perayaan dilakukan juga di kota-kota lainnya di Indonesia. Tahun 2018 saja diketahui ada sekitar 80 kota yang ikut merayakan hari puisi yang dimulai sejak bulan Juli lalu hingga bulan Desember mendatang. Perayaan ini sengaja dilakukan hingga akhir tahun untuk terus memperkenalkan sastra yang sebenarnya sebagai salah satu cikal bakal sejarah di Indonesia. Salah satu sejarah yang paling di kenal bangsa ini, yaitu lahirnya Sumpah Pemuda. Dimana yang mengambil peranan terbesar dari para sastrawan, dalam hal ini adalah penyair.
Tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, perayaan hari puisi selalu diisi dengan kegiatan yang kental dengan nuansa sastra. Perayaan yang di mulai sejak Juli hingga Desember dan estafet dari kota satu ke kota lainnya diketahui saat ini sudah mencapai pulau di timur Indonesia, Papua. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Yayasan Hari Puisi, Maman S. Mahayana, pada Rabu (14/11/2018) kemarin saat press conference untuk malam puncak hari puisi.
Pasti banyak yang bertanya-tanya, sebenarnya kapan perayaan hari puisi yang dicetuskan oleh Yayasan Hari Puisi (YHP)? Hari kelahiran seorang penyair termasyur tanah air, Chairil Anwar pada 26 Juli dijadikan sebagai perayaan hari puisi tersebut. Dipilihnya tanggal 26 Juli sebagai bentuk penghormatan sekaligus penghargaan yang setinggi-tingginya untuk Chairil Anwar. Sedangkan dasar inisiatif sampai tercetusnya hari puisi di tanah air sempat dijelaskan oleh Asrizal Nur selaku Ketua Pelaksana HPI 2018 dalam press conference yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki, Rabu (14/11/2018) kemarin.
Asrizal Nur mengatakan hal ini bermula ketika dirinya dan yang lain berada di Korea Selatan. Cukup miris melihat perayaan hari sastra Korea Selatan dilakukan seperti sebuah perayaan hari kemerdekaan yang meriah. Yang menurut Asrizal Nur dan lainnya sangat bertolak belakang dengan negeri Indonesia yang justru lahir dengan adanya sastra. Indonesia sendiri hingga saat ini masih berjuang untuk mendapatkan legalitas hukum dan menjadinya hari besar nasional.
Acara yang dibuat bukan hanya sekedar mengenang penyair-penyair termasyur saja tetapi ingin mengembalikan kearifan berbahasa bangsa ini. Salah satunya menghilangkan berita hoax yang sering terjadi di Indonesia karena pemahaman sastra yang kurang sejak dini. Selain itu juga ingin mengembalikan kejayaan sastra seperti masa sebelum dan sesudah kemerdekaan. Saat itu banyak surat kabar banyak menampilkan karya para sastrawan dengan tutur kata yang baik.
Sebagai informasi perayaan hari puisi untuk kota Jakarta yang diselenggarakan pada 17-18 November 2018 yang bertempat di Lapangan Parkir Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Acara ini akan diisi dari para penampil yang membawakan karya para sastrawan hebat maupun karya pribadi di area pentas yang disediakan penyelenggaraserta bazzar buku yang berkaitan dengan sastra. Selain itu akan ada peluncuran buku Hari Raya Puisi, antologi puisi pemenang anugerah HPI dari tahun 2013 hingga 2017 yang dilakukan langsung oleh Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM dan Maman S. Mahayana. Acara ini rencananya akan dibuka langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.