LASAK.iD – Film seri Keluarga Cemara, yang film pertamanya dirilis pada 2019 dan sekuel-nya di 2022, meraih sukses di bioskop tanah air. Visinema Pictures selaku rumah produksi kemudian mengembangkan EP tersebut ke berbagai format hiburan lain. Salah satunya, Keluarga Cemara the Series (2022) yang hadir dalam format series yang tayang di salah satu platform OTT.
Selang dua tahun setelahnya, tepatnya di tahun 2024 ini, Visinema melalui Visinema Studios bekerja sama dengan www.indonesiakaya.com juga Teater Musikal Nusantara (TEMAN) menghidupakan kembali cerita Abah, Emak, Euis dan Ara dalam sebuah sajian hiburan baru, yang kini hadir dalam bentuk pertunjukan panggung musikal.
Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara telah dipersiapkan sejak 2023 lalu hingga awal tahun 2024 ini. Secara resmi dipertunjukan kepada publik selama 1 bulan, mulai 21 Juni 2024 hingga 14 Juli 2024 di Ciputra Artpreneur, Jakarta. Untuk format pertunjukan musikal, Pasha Prakasa dipercayakan sebagai sutradara.
Pengalamannya selama kurang lebih 10 tahun sebagai koreografer, kreatif hingga sutradara pertunjukan menunjukkan kualitasnya dalam Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara. Hasil epik dari proses selama 1 tahun terlihat dari berbagai aspek yang dipertunjukan kepada penonton.
Akting yang dipadu-padankan dengan tarian menjadi kesatuan yang sangat menghibur. Pengalaman selama lebih dari se-dekade membuat Pasha menjadi hafal untuk menakar kebutuhan emosi dalam cerita pada sebuah pertunjukan, sisi mana yang diperuntukkan untuk anak-anak dan lainnya untuk lebih dewasa.
Hal ini tidak terlepas dari Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara yang menargetkan market penontonnya pada keluarga. Capaian yang didapatkan Pasha tidak lepas juga dari sinergi satu sama lain dari tim produksi, seperti skenario, musik, koreo, artistik, cahaya hingga kostum yang dikenakan para pemerannya.
Pada skenario misalnya, Yemima Krisantina dan Widya Arifianti sebagai penulis me-recall memori rasa dan emosi yang sama untuk penikmat pertunjukan musikal terhadap filmnya. Walau secara sensasi dalam menonton tentu berbeda, dalam musikal penonton dibawa kepada perasaan yang lebih hidup dengan melihat pemerannya langsung dihadapan mata.
Mereka membawa hal nyata akan gesture, mimik bahkan getar dari suara yang terasa ke penonton dari tiap-tiap kata atau kalimat dalam lakon individu atau berdialog dengan pemeran lainnya. Meski, tutur secara kekhasan Sunda yang menjadi label dari Keluarga Cemara sedikit kurang dirasakan pada musikalnya.
Menilik grafik mood atau emosi dari skenario menjadi sedikit mencolek perhatian. Penggambaran grafik mood atau emosi akan terbentuk sesuai momen setiap adegan. Pada perkenalan akan terasa datar, masuk pada konflik grafik akan naik dengan signifikan dan klimaksnya grafik bisa naik-turun.
Proses ini pada sebuah sajian akan terbangun perlahan dan memiliki jarak per sekian detik untuk penonton sekedar menarik nafas. Sedangkan, pada musikalnya ini kita cukup dibuat maraton untuk merasakan mood dan emosi dari cerita keseluruhan. Hal ini pun bukan sesuatu yang fatal hingga akhirnya mempengaruhi musikalnya secara keseluruhan.
Tertutupi dengan adegan per adegan yang berhasil tersampaikan secara baik. Terutama bagian yang menjadi stempel dari filmnya yang masih dipertahankan oleh penulis skenario musikalnya. Bahkan kedua penulis melakukan perampingan adegan dengan cukup halus. Penonton tidak kehilangan momen yang dirasakan sebelumnya dari film, sisi lainnya mendapatkan esensi baru dari musikalnya.
Sesuatu yang membuat emosi ceritanya sampai ke penonton adalah keseluruhan sajian musik, yang dibangun dan dibuat oleh Ifa Fachir dan Simhala Avadena. Baik itu pada background musiknya dan tentu utamanya pada setiap lagu yang menjadi soundtrack musikalnya itu sendiri.
Lagi-lagi dengan marketnya penontonnya pada keluarga, kata per kata maupun kalimat per kalimat menggunakan tutur yang sangat sederhana untuk memudahkan anak-anak mencerna makna dibalik lagunya, yang menyesuaikan adegan yang sedang ditampilkan. Keduanya bersama penulis dan sutradara cukup pintar dalam menempatkan musik atau bagian lagu dari awal hingga akhir.
Deretan lagu yang cukup melekat dan meninggalkan kesan tersendiri di penonton. Mungkin menjadi salah satu original soundtrack yang ingin didengarkan kembali selepas menonton musikalnya.
Dukungan lainnya yang mempertegas bahwa musikal layak menjadi pilihan tontonan pada tatanan panggung termasuk pencahayaan yang menjadi bagiannya. Kesan sederhana yang memang identik dengan Keluarga Cemara masih dirasakan. Terlihat dari kursi di ruang tamu atau meja makan kayu dengan taplak sederhana.
Cukup menarik perhatian bagian atas dari set rumah Keluarga Cemara, yang memberikan kesan dua kesan berbeda. Terkadang penonton bisa melihatnya sebagai tatanan yang mewah, ada pula momen yang mengesankan sebuah kesederhanaan. Juga penggunaan hidrolik pada salah satu bagian panggung yang membantu dramatisasi sebuah adegan.
Hal menarik lainnya dari Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara dalam suguhannya. Keseluruhan pertunjukan tetap pada koridor yang sama, namun penonton akan dimanjakan melalui dua sudut pandang berbeda pada Keluarga Cemara. Melalui pemeran akan tokoh Abah, Emak, Euis dan Ara yang berbeda, yang terbagi dalam Keluarga Berharga dan Keluarga Bahagia.
Yang kemudian menjadi strategi untuk penonton kembali untuk menonton Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara. Selain, musikal ini menjadi salah satu musikal yang cukup berhasil membuat kesan untuk kembali menontonnya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dikatakan salah satu pemerannya, “Sebuah musikal yang ingin meninggalkan sebuah value baru tentang keluarga melalui suguhan tarian, nyanyian dan hal lainnya ketika selesai menontonnya“.
Untuk melihat harga tiket dan jadwal show dari Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara bisa cek di instagram @musikalkeluargacemara.
Production company: Visinema Studios, Indonesia Kaya, Teman
Cast: Simhala Avadana, Taufan Purbo (Abah), Galabby Thahira, Andrea Miranda (Emak), Amira Karin, Aisyah Fadhila (Euis), Quinn Salman, Fazka (Ara), Sita Nursanti (Ceu Salma), Christoffer Nelwan (Damar), etc
Director: Pasha Prakasa
Screenwriter: Yemima Krisantina, Widya Arifianti
Producers:Cristian Imanuell, Billy Gamaliel, Chriskevin Adefrid
Duration: 1 hours 56 minutes